Thursday, April 13, 2017

ALLAHUAKBAR,,,,,,!!! ISLAM Akan Menjadi Agama Terbesar di China, INSYA ALLAH..Tolong Bantu Sebarkan Ya..




Sungguh Ironis. Selama ini berita tentang penindasan pemerintah komunis RRC terhadap Muslim Uighur menghiasi banyak media, namun diam-diam di dalam tubuh rakyat RRC sendiri, Islam tengah tumbuh bagai jamur di musim penghujan. Dan hebatnya, Islam tumbuh di kalangan usia produktif, yakni di usia bawah 30 tahunan.

Baca Juga :

Masya Allah, Ternyata Indonesia Pernah Disebut Oleh Rasulullah. Baca Ini dan Sebarkan!



#Menurut survei yang dilakukan Sekolah Tinggi Filsafat di Renmin University of China, Islam memiliki jumlah pengikut terbesar dari kalangan warga Tiongkok di bawah usia 30 tahun, melebihi agama Buddha dan Katolik di negara terbesar di Asia tersebut.

“Islam cenderung memiliki demografis yang lebih muda,” kata Wei Dedong, profesor studi Buddhis di Sekolah Tinggi Filsafat di Renmin University of China, yang berpartisipasi dalam pengamatan itu, kepada Global Times, seperti yang dimuat oleh OnIslam.net (11/7).

#Wei melanjutkan, mayoritas Muslim di RRC berasal dari kelompok etnis minoritas, dan biasanya seorang muslimah dari kelompok itu melahirkan beberapa anak. “Anak-anaknya juga akan menjadi Muslim sementara sangat langka untuk menemukan orang dewasa berpindah ke Islam.”

Berdasarkan Survei Agama RRC 2015, Islam punya jumlah pengikut tertinggi dari kalangan anak muda. Sekira 22,4 persen dari mereka berusia di bawah 30 tahun. Setelah Islam, Katolik mengikuti dengan 22 persen. Sementara itu, lebih dari setengah penduduk Tiongkok berusia di atas 60 tahun memeluk agama Buddha dan Taoisme. Survei  itu dilakukan terhadap 4.382 orang di lokasi keagamaan di 31 wilayah yang dikumpulkan pada 2013 hingga 2015.


Baca Juga :

Jika Benar Cinta Islam, Tolong Bagikan Artikel Ini Sebanyak Banyaknya!!! Allahu Akbar!! Bocah Palestina Ini Sholat Di Depan Tentara Israel


#Beberapa bulan yang lalu, sebuah studi baru menemukan bahwa jumlah umat Islam diperkirakan akan melampaui orang Kristen sebanyak 1 persen setelah 2070. Menurut penelitian tersebut, jumlah umat Islam akan hampir sama dengan umat Kristen pada pertengahan abad ini, dengan peningkatan 30 persen pemeluk Islam.

Baca Juga :

Masya Allah ...Ini dia satu ayat al-quran yang membuat Seorang Dokter di Amerika Masuk Islam, Bantu sebarkan ya!

Wednesday, February 15, 2017

Masya Allah, Ternyata Indonesia Pernah Disebut Oleh Rasulullah. Baca Ini dan Sebarkan!




Kisah ini membuat kita belajar bahwa kaum muslimin manapun tetap di pandang mulia oleh Nabi Muhammad Salallahu’alaihi’wasalam, bahwasannya beliau ialah manusia mulia yang mencitai seleruh umatnya di permukaan bumi ini tanpa di beda-bedakan.
Tatkala salah satu guru Prof. DR. al-Muhaddits as-Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki dan Al-‘Allamah al-‘Arif billah Syaikh Utsman bersama rombongan ulama lainnya pergi berziarah ke Makam Rasulullah saw., tiba-tiba beliau diberikan kasyaf (tersingkapnya hijab) oleh Allah swt. dapat berjumpa dengan Rasulullah saw.
Di belakang Nabi Muhammad saw. sangat banyak orang yang berkerumunan. Ketika ditanya oleh guru as-Sayyid Muhammad al-Maliki itu: “Ya Rasulullah, siapakah orang-orang itu?”
Rasulullah saw. pun menjawab: “Mereka adalah umatku yang sangat aku cintai.”
Dan diantara sekumpulan orang yang banyak itu ada sebagian kelompok yang sangat banyak jumlahnya. Lalu guru as-Sayyid Muhammad al-Maliki bertanya lagi: “Ya Rasulullah, siapakah mereka yang berkelompok sangat banyak itu?
Rasulullah saw. kemudian menjawab: “Mereka adalah bangsa Indonesia yang sangat banyak mencintaiku dan aku mencintai mereka.”

Astaghfirullah : Kenapa Banyak Wanita Jaman Sekarang Lebih Suka Mengejar Suami Orang? Inilah Jawabannya Yang Akan Membuat Mu Tercenggang..!!!

 
Wanita saat saat ini nyatanya semakin banyak yang beralih. Dari hasil riset yang launching The Journal of Experimental Social Psychology, nampak kenyataan mengagetkan kalau 90 % wanita tetaplah bakal menguber pria yang disenanginya walau tahu kalau pria itu telah mempunyai istri. 

Menurut peneltian itu, beberapa wanita penggoda suami orang itu terasa senang sesudah ‘dipilih’ sang pria pujaannya daripada istri pria yang dikejarnya itu.

Tetapi aspek lain yang berkaitan materi kelihatannya lebih masuk akal, yaitu beberapa wanita pengoda suami orang itu mengakui suka dibelikan hadiah-hadiah mahal hingga untuk mereka tidak permasalahan mengakibatkan kerusakan rumah tangga orang seandainya bisa mempunyai beberapa barang elegan. 

Untuk Anda beberapa istri,
berhati-hatilah pada sinyal tanda wanita pemburu suami orang di bawah ini yang tidak bakal segan menggoda sang suami waktu Anda lengah.

1. Wanita yang matanya tak dapat diam
Apabila Anda serta suami tengah ada pada satu pertemuan atau acara, berhati-hatilah pada wanita yang pandangannya selalu mengedar mengincar lelaki. Waktu Anda memandangnya, mungkin saja dia tampak asik bercakap dengan rekannya. 

Namun pojok matanya senantiasa bergerak mencari lelaki yang dapat jadikan gebetan. Tidak perduli lelaki itu telah ada pasangan atau Suami orang.

2. Dia menginginkan jadi rekan suami Anda, bukanlah Anda. 
Coba untuk lebih peka waktu ada wanita yang memperkenalkan diri sebagai teman dekat suami. Berhati-hatilah apabila nyatanya wanita itu tertarik mengetahui jauh suami Anda tetapi malas mengetahui Anda lebih dekat.

3. Sikap sangat ramah
Wanita yang suka pada suami Anda malah begitu semangat mengetahui Anda. Sikapnya ini ditujukan supaya Anda tak berprasangka buruk. Dengan langkah tersebut juga dia dapat menggali info utama tentang suami Anda segera dari Anda sebagai istri.

4. Tidak jemu memberikan pujian pada suami Anda
Tanpa ada Anda sadari, wanita type penggoda suami orang ini lebih mahir berikan animo, perhatian, pertolongan serta pujian pada pasangan. Wanita type ini begitu pandai memakai kondisi waktu Anda tidak tanggap membaca hasrat suami.

5. Aktif di media sosial
Bila seseorang wanita kerap nge-like semuanya photo suami Anda, pantau wanita tersebut

6. Minta tolong dalam kondisi darurat
Seseorang wanita penggoda suami orang tidak sungkan menelpon suami Anda malam-malam. Mereka bakal memposisikan suami Anda sebagai hanya satu pihak yang dapat menolongnya. Perasaan senantiasa diperlukan wanita berikut yang umumnya bikin golongan pria bangga serta perlahan-lahan namun tentu muali berikan perhatian lebih.

Saturday, February 4, 2017

Jika Benar Cinta Islam, Tolong Bagikan Artikel Ini Sebanyak Banyaknya!!! Allahu Akbar!! Bocah Palestina Ini Sholat Di Depan Tentara Israel



Pasukan polisi “Israel” telah membatasi akses ke Al–Aqsa pada hari Jum’at, (21/3/2014), namun itu tidak menghentikan bocah Palestina ini


untuk tetap menunaikan ibadah
Foto yang di ambil oleh Ahmad Gharabli itu banyak dishare di sosial media. Dalam foto itu tampak seorang bocah lelaki memakai pakaian kaos warna biru serta celana jeans lengkap dengan sajadah berwarna merah, terlihat khusyu’ mengerjakan shalat, sedang dibelakangnya berbaris tentara “Israel” yang berseragam lengkap.

Friday, February 3, 2017

Akhirnya Terbongkar Sudah Alasan Kenapa Banyak Benda Peninggalan Nabi Yang Hilang

Benda-benda peninggalan Rasulullah ini berada di tangan para sahabat atau ada pula yang disimpan para keluarga Rasul (ahlul bait). Mantel suci (holy mantle) atau burda diberikan Nabi Muhammad kepada Ka'b ibn Zuhayr. Anaknya Ka'ab menjual mantel tersebut kepada Muawiyah I, pendiri Dinasti Umayyah.

Setelah jatuhnya Bani Umayyah, mantel berada di Baghdad di bawah Dinasti Abbasiyah dan dibawa ke Kairo di bawah Dinasti Mamluk. Akhirnya, mantel berada pada Selim I dan diletakkan di  Museum Topkapi, Istanbul, Turki, pada 1595.

Dalam hadis riwayat Bukhari dijelaskan bahwa Nabi Muhammad menggunakan cincin perak di tangannya yang terdapat ukiran Muhammad Rasul-Allah. Setelah Nabi wafat, cincin tersebut digunakan oleh Abu Bakar, kemudian 'Umar, dan Utsman.

Sandal Nabi diketahui hilang di Damaskus pada 803 H. Terdapat beberapa alasan mengapa beberapa benda peninggalan Nabi hilang. Hal ini karena para sahabat meminta agar benda-benda peninggalan Nabi tersebut ikut dikuburkan bersama jasad mereka ketika wafat.

Mu'awiyah bin Abi Sufyan telah menyelamatkan beberapa rambut dan kuku Nabi. Saat menjelang kematiannya, ia meminta agar benda-benda tersebut diletakkan di dalam makamnya.

Seiring berjalannya waktu, informasi tentang benda peninggalan Nabi tersebar luas di kota-kota Muslim, seperti Damaskus, Yerusalem, Kairo, Haifa, Kabul, Kashmir, Lahore, dan Karachi. Pada 1327 AH, lebih dari 40 helai rambut Nabi diklaim oleh Konstantinopel. Mereka menampilkan peninggalan Nabi tersebut dalam beberapa perayaan.
Merinding! Sedang Sedih, Indra Bekti Nangis Bahagia Karena Ada Penampakan Ini di Pemakaman Bayinya

Merinding! Sedang Sedih, Indra Bekti Nangis Bahagia Karena Ada Penampakan Ini di Pemakaman Bayinya

indra-bekti_20170201_090137Kabar duka baru saja datang dari pasangan artis Indra Bekti dan Aldilla Jelita.
Anak yang berada dalam rahim Dilla yang sejatinya akan menjadi anak ketiga mereka ternyata tak dapat bertahan.
Setelah sebelumnya Dilla sudah berjuang keras untuk mempertahankan anaknya, bayi tersebut ternyata harus pergi mendahului kedua orangtuanya.
Pada Selasa, 31 Januari 2017, anak ketiga yang berjenis kelamin lelaki tersebut dilahirkan pada pukul 23.20 WIB.
Sayang anak tersebut hanya bisa bertahan selama 23 menit.
Ia meninggal dunia pada pukul 23.43.
Hal itu diungkapkan Bekti melalui akun Instagramnya @bekti_dhila.
Ia mengunggah foto USG putranya tersebut dan menuliskan.
“Telah lahir Kenward Athar Indrabekti tgl 31 Januari 2017 lahir jam 23.20, namun Allah lebih sayang sama ken, innalillahi wa innalilaihi rojiun, ken meninggal jam 23.43,” tulis Bekti.
Sebelumnya, Dilla memang sempat menjalani perawatan di rumah sakit.
Ia bahkan sempat mendapat tindakan operasi.
Sayang, rupanya usaha itu tak bisa menyelamatkan kehidupan si bayi.
Meninggal setelah dilahirkan, bayi lelaki itu pun mendapat nama yang indah, Kenward Athar Indrabekti.
Kenward dimakamkan hari ini, Rabu 1 Februari 2017.
Ia dimakamkan di samping liang lahat kakek dan neneknya di TPU Kemboja, Radio Dalam, Jakarta Selatan pada Rabu (1/2/2017).
Ayah kandung Indra, Aruji Priyanto meninggal 2015 lalu dan ibunda Indra, Safrida meninggal pada 1993.
Ayah dan ibu Indra Bekti tersebut memang dikuburkan dalam satu liang lahat.
Meski sedang dirundung kesedihan, namun ada satu hal yang ternyata membuat Indra Bekti bisa menangis bahagia.
Hal tersebut berkaitan dengan penampakan yang dilihat oleh seorang saudara Bekti.
Salah seorang saudara Bekti memang mengaku mempunyai kemampuan khusus untuk melihat hal yang kasat mata.
Kepada Bekti, ia mengungkapkan sebuah cerita yang membuat Bekti menangis bahagia.

indra-bekti-menangis_20170201_121837
Pasalnya, saudaranya tersebut mengatakan jika ia melihat kedua orangtua Bekti hadir dib pemakaman Kenward.
“Aku tadi nangis bahagia, pas saudara aku tuh bisa lihat gitu, katanya ada (almarhum) papah mamah,” ucap Indra Bekti saat ditemui di kediamannya di Jalan Kenaga, Radio Dalam, Jakarta Selatan, Rabu (1/2/2017), seperti yang dilansir dari Tribunnews.
Indra Bekti juga menuturkan, arwah orangtuanya memeluk putra ketiganya dan mengucapkan terima kasih.
“Terus Kenwardnya dipeluk dan mereka mengucapkan terima kasih sudah dikasih cucu untuk nemenin mereka,” ucap Indra Bekti.

Thursday, February 2, 2017

Tahukah Anda? Ada Saat Do’a Mustajab pada Hari Jum’at, Ayo Manfaatkan !

Tahukah Anda? Ada Saat Do’a Mustajab pada Hari Jum’at, Ayo Manfaatkan !

Doa adalah senjata orang mukmin, ia penghilang kegundahan, pelenyap kesusahan dan solusi jitu untuk menyelesaikan berbagai problematika hidup, karena memang pada saat berdoa kita sedang memohon kepada Dzat yang Menguasai dan Memiliki seluruh jagad raya ini; di tangan-Nya lah segala perbendaharaan langit dan bumi. Pertanyaannya, kapankah waktu ketika doa dijamin akan dikabulkan pada hari Jum’at sebagaimana yang diriwayatkan oleh  Al-Bukhari dan Muslim dalam shahihnya?
Sebaik-baik hari bagi umat Islam dalam sepekan adalah hari Jum’at. Ia-lahsayyidul ayyaam (pemimpin hari) yang paling agung dan paling utama di sisi Allah Ta’ala. Banyak ibadah yang dikhususkan pada hari itu, misalnya membaca surat As-Sajdah dan Al-Insan pada shalat Subuh, membaca surat Al-Kahfi, shalat Jum’at berikut amalan-amalan yang menyertainya, dan amal ibadah lain yang sangat dianjurkan sekali pada hari Jum’at.
Di dalamnya juga terdapat satu waktu di mana doa begitu mustajab; dijanjikan akan dikabulkan. Tidaklah seorang hamba yang beriman memanjatkan do’a kepada Rabbnya pada waktu itu kecuali  Allah akan mengabulkannya selama tidak berisi pemutusan silaturahmi dan tidak meminta yang haram. Karenanya seorang muslim selayaknya memperhatikan dan memanfaatkan waktu yang berbarakah ini.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah membicarakan tentang hari Jum’at lalu beliau bersabda,
« فِيهِ سَاعَةٌ لاَ يُوَافِقُهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ وَهُوَ يُصَلِّى يَسْأَلُ اللَّهَ شَيْئًا إِلاَّ أَعْطَاهُ إِيَّاهُ »
“Pada hari  itu terdapat satu waktu yang tidaklah seorang hamba muslim shalat berdoa memohon kebaikan kepada Allah bertepatan pada saat itu, melainkan Dia akan mengabulkannya.” Lalu beliau mengisyaratkan dengan tangannya, -yang kami pahami- untuk menunjukkan masanya yang tidak lama (sangat singkat).” (HR. Bukhari nomor 893[1]dan Muslim nomor 852) [2]
Hadits ini berkaitan dengan salah satu keutamaan hari Jum’at di mana pada hari tersebut Allah akan mengabulkan doa orang yang meminta kepada-Nya. Doa yang dipanjatkan pada saat itu mustajab (mudah dikabulkan) karena bertepatan dengan waktu pengabulan doa.
Tetapi para ulama berbeda pendapat tentang waktu dikabulkannya doa pada hari Jum’at ini. Sampai-sampai Ibnu Hajar[3] dan Asy-Syaukani[4] menyebutkan empat puluh tiga pendapat beserta argument masing-masingnya.
Dari kesemuanya, pendapat yang paling kuat tentang waktu mustajab pada hari Jum’at ini ada dua; yaitu pertama, sejak duduknya imam di atas mimbar hingga shalat selesai, dan kedua, di akhir waktu setelah shalat Ashar.
Tentang hal ini, Ibnu Hajar berkomentar, “Tidak diragukan lagi bahwa pendapat yang paling kuat adalah hadits Abu Musa (sejak duduknya imam di atas mimbar hingga shalat selesai) dan hadits Abdullah bin Salam (akhir waktu setelah shalat Ashar).” Muhibb Ath-Thabari juga berkata, “Hadits yang paling shahih adalah hadits Abu Musa, dan pendapat yang paling masyhur adalah pendapat Abdullah bin Salam.[5] Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah juga berkata, “Pendapat yang paling kuat adalah dua pendapat yang dituntut oleh hadits-hadits yang tsabit, dan salah satunya lebih kuat daripada yang lain.”[6] Dari sinilah kemudian para ulama salaf berbeda pendapat manakah dari keduanya yang lebih kuat.
Berikut ini uraian lebih rinci tentang kedua pendapat tersebut :
Pendapat pertama : waktu mustajab itu dimulai sejak duduknya imam di atas mimbar sampai shalat selesai. Hujjah dari pendapat ini adalah hadits Abu Burdah bin Abi Musa Al-Asy’ari, dia bercerita, “Abdullah bin Umar pernah berkata kepadaku, ‘Apakah engkau pernah mendengar ayahmu menyampaikan hadits dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai satu waktu yang terdapat pada hari Jum’at?’ Aku (Abu Burdah) menjawab, “Ya, aku pernah mendengarnya berkata, ‘Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
هِيَ مَا بَيْنَ أَنْ يَجْلِسَ الْإِمَامُ إِلَى أَنْ تُقْضَى الصَّلَاةُ
“Saat itu berlangsung antara duduknya imam sampai selesainya shalat.” (HR. Muslim nomor 853 [7] dan Abu Dawud nomor  1049 [8]).
Pendapat kedua : waktu mustajab berada di akhir waktu setelah shalat Ashar.
Hadits yang menerangkan hal ini cukup banyak, di antaranya :
1. Hadits Abdullah bin Salam
Abdullah bin Salam berkata, “Aku berkata, ‘Sesungguhnya kami mendapatkan di dalam Kitabullah bahwa pada hari Jum’at terdapat satu saat yang tidaklah seorang hamba mukmin bertepatan dengannya lalu berdoa memohon sesuatu kepada Allah, melainkan akan dipenuhi permintaannya.’ Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengisyaratkan dengan tangannya bahwa itu hanya sesaat. Kemudian Abdullah bin Salam bertanya,‘kapan saat itu berlangsung?’ beliau Shallallahu alaihi wa sallam menjawab, “Saat itu berlangsung pada akhir waktu siang.” Setelah itu  Abdullah bertanya lagi, ‘Bukankah saat itu bukan waktu shalat?’ beliau menjawab,
بَلَى إِنَّ الْعَبْدَ الْمُؤْمِنَ إِذَا صَلَّى ثُمَّ جَلَسَ لَا يَحْبِسُهُ إِلَّا الصَّلَاةُ فَهُوَ فِي الصَّلَاة
“Benar, sesungguhnya seorang hamba mukmin jika mengerjakan shalat kemudian duduk, tidak menahannya kecuali shalat, melainkan dia berada di dalam shalat.” (HR. Ibnu Majah nomor 1139, dan Syaikh Al-Albani menilainya hasan shahih[9]).
2. Hadits Abu Hurairah
Abu Hurairah Radhiyallahu anhu berkata, “Suatu ketika saya keluar menuju sebuah bukit, lalu saya berjumpa dengan Ka’ab Al-Ahbar, maka saya pun duduk-duduk bersamanya. Lantas, ia menceritakan perihal kitab Taurat kepada saya, dan saya pun menceritakan perihal Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam kepadanya.
Di antara perkara yang saya ceritakan kepadanya ialah, ketika itu saya mengatakan, bahwa Rasulullah pernah bersabda, “Sebaik-baik hari yang disinari matahari ialah hari Jum’at –sampai pada sabda beliau- ‘Di dalamnya terdapat satu waktu, tidaklah seorang muslim melakukan shalat bertepatan dengan waktu tersebut, lalu ia memohon sesuatu kepada Allah melainkan Allah akan mengabulkan permintaannya itu.”
Ka’ab berkata, ‘Apakah yang demikian itu berlangsung satu hari dalam setahun?’, maka, saya menjawab, ‘Bukan, tetapi dalam setiap hari Jum’at.’ Lantas, Ka’ab pun membaca kitab Taurat, lalu ia berkata, ‘Rasulullah benar’
Abu Hurairah melanjutkan, “Lalu saya berjumpa dengan Bashrah bin Abu Bashrah Al-Ghifari. Lantas, ia bertanya kepada saya. ‘Dari mana Anda tadi?’ saya menjawab, ‘Dari sebuah bukit’ maka ia berkata, ‘Kalau saja saya berjumpa dengan Anda sebelum Anda keluar ke sana, maka saya tidak akan keluar. Saya mendengar Rasulullah bersabda, “Tidak boleh bepergian (dalam rangka beribadah) kecuali ke tiga masjid: masjidil Haram, masjidku ini (masjid Nabawi), dan masjid Elia (masjil Aqsha di Baitul Maqdis). Ia ragu.’
Abu Hurairah berkata, “Saya kemudian berjumpa dengan Abdullah bi Salam. Maka saya pun menceritakan perihal perbincangan saya dengan Ka’ab Al-Ahbar kepadanya, dan mengenai apa yang saya ceritakan kepadanya tentang hari Jum’at.”
Saya –Abu Hurairah- berkata, “Ka’ab mengatakan bahwa yang demikian itu terjadi satu hari dalam setahun.”
Abu Hurairah melanjutkan, “Abdullah bin Salam berkata, ‘Ka’ab telah berbohong.’, lalu saya mengatakan, ‘Kemudian Ka’ab membaca kitab Taurat, dan berkata, ‘Ya, benar, yang dimaksud ialah pada setiap hari Jum’at.’ Maka, Abdullah bin Salam berkata, ‘Ka’ab benar.’ Selanjutnya, Abdullah bin Salam mengatakan, ‘Sesungguhnya saya mengetahui persis mengenai waktu yang dimaksud itu?’
Abu Hurairah berkata, “Saya berkata kepadanya, ‘Beritahukan kepada saya tentang waktu itu, dan jangan sekali-kali kamu menyembunyikannya terhadap saya.’ Maka, Abdullah bin Salam berkata, ‘Waktu yang dimaksud adalah waktu yang akhir pada setiap hari Jum’at.’
Abu Hurairah berkata, “Lantas, saya bertanya, ‘Bagaimana mungkin kalau waktu yang dimaksud ialah saat-saat yang terakhir pada hari Jum’at, sementara Rasulullah sendiri telah bersabda, “Tidaklah seorang muslim menjumpainya, di kala ia sedang melakukan shalat…; sementara waktu yang kamu sebutkan itu ialah waktu yang tidak boleh melakukan shalat?’
Lantas, Abdullah bin Salam menjawab,
أَلَمْ يَقُلْ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ جَلَسَ مَجْلِسًا يَنْتَظِرُ الصَّلاَةَ فَهُوَ فِى صَلاَةٍ حَتَّى يُصَلِّىَ »
‘Bukankah Rasulullah juga telah bersabda, ‘Barangsiapa yang duduk pada suatu majelis sambil menunggu-nunggu shalat, maka ia itu berada dalam kondisi melakukan shalat hingga ia benar-benar melaksanakan shalat?’.”
Abu Hurairah berkata, “Saya berkata, ‘Ya, tentu.’ Abdullah bin Salam berkata, ‘Ya, itulah waktu yang dimaksud’.” (HR. Abu Dawud nomor 1046[10], At-Tirmidzi nomor  491, dan Abu Isa berkomentar hadits hasan shahih, sedangkan Al-Albani berkomentar hadits shahih.[11]).
3. Hadits Jabir bin Abdillah
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَوْمُ الْجُمُعَةِ اثْنَتَا عَشْرَةَ سَاعَةً لَا يُوجَدُ فِيهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللَّهَ شَيْئًا إِلَّا آتَاهُ إِيَّاهُ فَالْتَمِسُوهَا آخِرَ سَاعَةٍ بَعْدَ الْعَصْرِ
Dari Jabir bin Abdillah, dari Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Hari Jum’at adalah dua belas jam. Di dalamnya terdapat satu waktu di mana tidaklah seorang muslim memohon sesuatu kepada Allah pada saat itu, melainkan Allah akan mengabulkannya. Maka carilah ia pada saat-saat terakhir setelah shalat Ashar.”  (HR. An-Nasa’I nomor 1388[12]).
Dari dua pendapat ini, pendapat yang terkuat adalah pendapat kedua. Inilah pendapat mayoritas ulama. Ibnul Qayyim menjelaskan bahwa pendapat ini dianut oleh Abdullah bin Salam, Abu Hurairah, Imam Ahmad dan yang lainnya.[13] Lebih lanjut, Ibnul Qayyim berkata, “Saat mustajab berlangsung pada akhir waktu setelah Ashar yang diagungkan oleh seluruh pemeluk agama. Menurut Ahli Kitab, ia merupakan saat pengabulan. Inilah salah satu yang ingin mereka ganti dan merubahnya. Sebagian orang dari mereka yang telah beriman mengakui hal tersebut.” [14]
Sekalipun pendapat kedua lebih kuat, beberapa ulama tetap menganggap bahwa pendapat pertama juga perlu diakui keabsahannya. Oleh karenanya mereka berusaha mengambil jalan tengah dengan menggabungkan kedua pendapat di atas. Tetap melazimi berdoa pada kedua waktu tersebut.
Imam Ahmad berkata, “Mayoritas hadits tentang waktu yang diharapkan terkabulnya doa menunjukkan bahwa itu terjadi setelah Ashar, tetapi juga diharapkan setelah tergelincirnya matahari (setelah imam berdiri untuk berkhutbah pen.).” [15]
Ibnu Abdil Barr berkata, “Semestinya yang dilakukan seorang muslim adalah bersungguh-sungguh memanjatkan doa kepada Allah untuk kebaikan agama dan dunia pada dua waktu yang telah disebutkan karena berharap dikabulkan. Karena doa itu tidak akan sia-sia, insyaAllah. Sungguh benar perkataan Ubaid bin Abrash yang mengatakan, “Siapa yang meminta kepada manusia, mereka akan menolaknya, dan siapa yang meminta Allah, pintanya tidak akan sia-sia.” [16] Bahkan, Ibnul Qayyim yang menguatkan pendapat kedua pun, beliau tetap menekankan agar setiap muslim tetap membiasakan berdoa pada waktu shalat. Katanya, “Menurut hemat saya, waktu shalat juga merupakan waktu yang diharapkan terkabulkannya doa. Jadi, keduanya merupakan waktu mustajab meskipun satu waktu yang dikhususkan di sini adalah akhir waktu setelah shalat Ashar. Sehingga ia merupakan waktu yang telah diketahui secara pasti dari hari Jum’at; tidak maju dan tidak mundur. Adapun waktu shalat, ia mengikuti shalat itu sendiri; maju atau mundurnya. Sebab, dengan berkumpulnya kaum muslimin, shalat, kekhusyukan, dan munajat mereka kepada Allah memiliki dampak dan pengaruh yang sangat besar untuk dikabulkan. Karena, ketika kaum muslimin sedang berkumpul sangat diharapkan sekali doa terkabulkan.” [17]Selanjutnya Ibnul Qayyim berkesimpulan, “Dengan demikian, semua hadits yang disebutkan di atas sesuai dan berkaitan. Rasulullah menganjurkan umatnya untuk senantiasa memanjatkan doa dan bermunajat kepada Allah pada dua waktu dan masa ini.”[18]
Hal ini juga diikuti oleh Syaikh Ibnu Bazz rahimahullah sebagaimana yang dinukil oleh DR. Sa’id bin Ali al Qahthan dalam Shalâtul Mukmin. Syaikh Ibnu Bazz berkata, “Hal itu menunjukkan bahwa sudah sepantasnya bagi orang muslim untuk memberikan perhatian terhadap hari Jum’at. Sebab, di dalamnya terdapat satu saat yang tidaklah seorang muslim berdoa memohon sesuatu bertepatan dengan saat tersebut melainkan Allah akan mengabulkannya, yaitu setelah shalat Ashar. Mungkin saat ini juga terjadi setelah duduknya imam di atas mimbar. Oleh karena itu, jika seseorang datang dan duduk setelah Ashar menunggu shalat Maghrib seraya berdoa, doanya akan dikabulkan. Demikian halnya jika setelah naiknya imam ke atas mimbar, seseorang berdoa dalam sujud dan duduknya maka sudah pasti doanya akan dikabulkan.” [19]
Jadi, mari tetap memuliakan dua waktu tersebut dengan banyak-banyak berdoa, karena doa kita pasti dikabulkan, entah kapan; diijabahi langsung, atau dihindarkan dari bahaya yang setara dengan doanya, atau sebagai penghapus dosa, atau menjadi simpanan di akhirat kelak. Wallahu A’lam bish Shawab.

[1]  .  Muhammad bin Isma’il Abu Abdillah Al-Bukhari Al-Ju’fi, Al-Jâmi’ush Shahîh Al-Mukhtashar, Tahqiq : Dr. Musthafa Dieb Al-Bugha, Cet. III, 1407 H/ 1987 M, Dar Ibni Katsir-Beirut, juz I, hal.  316,
[2]  . Muslim bin Hajjaj Abul Husain Al-Qusyairi An-Naisaburi, Shahîh Muslim, Tahqiq : Muhammad Fu’ad Abdul Baqi, Dar Ihya’it Turats Al-Araby-Beirut, juz II, hal.  583.
[3]  .  Ahmad bin Ali bin Hajar Al-Asqalani, Fathul Bârî Syarh Shahihil Bukhârî, Cet. I, 1410 H/ 1989 M, Darul Kutub Al-Ilmiyyah, Beirut, juz II, hal. 529-535.
[4]  .  Muhammad bin Ali bin Muhammad Asy-Syaukani, Nailul Authâr Syarh Muntaqal Akhbâr, Darul Fikr, Beirut, juz III, hal. 297-299.
[5]  .  Fathul Bârî Syarh Shahihil Bukhârî, ibid, juz II, hal. 535.
[6]  .  Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, Zâdul Mâ’ad fî Hadyi Khairil Ibâd, Tahqiq : Syu’aib Al-Arnauth dan Abdul Qadir Al-Arnauth, Cet. XIV, 1407 H/ 1986 M, Muassasah Ar-Risalah, Beirut , I/389.
[7]  . Muslim bin Hajjaj Abul Husain Al-Qusyairi An-Naisaburi, Shahîh Muslim, Tahqiq : Muhammad Fu’ad Abdul Baqi, Dar Ihya’it Turats Al-Araby-Beirut, juz II, hal. 584.
[8]  . Sulaiman bin Asy’ats Abu Dawud As-Sajastani Al-Azdi, Sunan Abî Dâwud, Tahqiq : Muhammad Muhyiddin Abdul Hamid, Darul Fikr, juz I, hal. 342.
[9]  .  Muhammad bin Yazid Abu Abdillah Al-Qazwaini, Sunan Ibni Mâjah, Tahqiq : Muhammad Fu’ad Abdul Baqi, Darul Fikr, Beirut,  juz I, hal. 360.
[10]  .  Sunan Abî Dâwud, ibid, juz I, hal. 341.
[11]  . Muhammad bin Isa Abu Isa At-Tirmidzi As-Silmi, Al-Jâmi’ush Shahîh Sunan At-Tirmidzî, Tahqiq : Ahmad Muhammad Syakir, dll, Dar Ihya’it Turats Al-Arabi, Beirut, juz II, hal. 362.
[12]  .  Abu Abdirrahman Ahmad bin Syu’aib An-Nasa’I, Sunan An-Nasa’I bi Syarhis Suyuthi wa Hasyiyatis Sandi, Cet. V, 1420 H, Tahqiq : Maktab Tahqiqit Turats, Darul Ma’rifah-Beirut, juz III, hal. 110.
[13]  .  Zâdul Mâ’ad fî Hadyi Khairil Ibâd, ibid, juz I, hal. 390.
[14]  . Idem, juz I, hal. 396.
[15]  . Abu Ula Muhammad Abdurrahman bin Abdurrahim Al-Mubarakfuri, Tuhfatul Ahwadzî bi Syarhi Jâmi’it Tirmidzî, 1415 H/ 1995 M, Darul Fikr, Beirut, juz III, hal. 5.
[16]  . Abu Umar Yusuf bin Abdullah bin Muhammad bin Abdul Barr An-Namiri Al-Andalusi,At-Tamhîd lima fil Muwaththa’ minal Ma’âni wal Asânîd, Tahqiq : Usamah bin Ibrahim, Cet. IV, 1431 H/ 2010 M, Al-Faruq Al-Haditsah, juz IV, hal. 57.
[17]  .  Zâdul Mâ’ad fî Hadyi Khairil Ibâd, ibid, juz I, hal. 394.
[18]  . Idem, juz I, hal. 394.
[19]  . Dr. Sa’id bin Ali bin Wahf Al-Qahthani, Shalâtul Mu’min, Cet. II, 1424 H/ 2003 M, Muassasah Al-Jarisi-Riyadh, juz II, hlm. 758-759.
 Sumber :  El-Afifi-OaseImani